Kuliah di Malaysia, IISMA Awardee Yuliana Hastin Belajar Banyak Hal

Yuliana Hastin IISMA Awardee 2021 UPM
Yuliana Hastin berpose di depan sign board UPM (Foto: Hastin for UPNVJT)

SELANGOR, MALAYSIA – Tidak terasa sudah satu semester Yuliana Hastin Asyrofiyah menimba ilmu di Universiti Putra Malaysia (UPM). Hastin, begitu sapaan akrabnya, adalah salah satu IISMA Awardee angkatan pertama dari UPN “Veteran” Jawa Timur. Pandemi Covid-19 lah yang membuat keberangkatannya diundur dari 2021 menjadi 2022.

Tadi malam (26/7) mahasiswa prodi arsitektur itu menapakkan kembali kakinya di Indonesia. Dia menginap satu malam di Jakarta sebelum kembali melanjutkan penerbangan ke Surabaya. Sebagai kenang-kenangan atas pengalamannya belajar di Negeri Jiran, Hastin ingin membagikan ceritanya sebagai IISMA Awardee yang belajar di Malaysia. Yuk, disimak!

Penulisan Sama, Pelafalan Berbeda

“Warga Malaysia itu suka sekali mix Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris. Mungkin sama seperti yang dilakukan anak Jaksel (Jakarta Selatan) ya. Tapi di sini Bahasa Inggris memang dijadikan bahasa pengantar kedua.

Secara penulisan, banyak kata-kata dalam Bahasa Melayu yang mirip Bahasa Indonesia. Tapi saat dilafalkan, jadi mirip Bahasa Inggris. Misalnya, ‘bahasa’ diucapkannya ‘bahase’. Ada juga yang dari Bahasa Inggris di-Melayu-kan. Contohnya, ‘apple’ jadi ‘epal’, ‘station’ jadi ‘stesen’, dan ‘bicycle’ jadi ‘basikal’. Ternyata seru juga belajar bahasa asing!”

Lalu Lintas juga Ramai, tapi Lebih Tertib

“Dibandingkan Singapore, Malaysia ya agak mirip sama Indonesia ya. Banyak mobil, banyak sepeda motor, jadi tetap ramai, kadang padat. Tapi entah kenapa di sini hampir jarang aku mendengar suara klakson kendaraan bermotor bersahut-sahutan. Ya kecuali sudah benar-benar marah he he.

Di sini, pejalan kaki dan pesepeda (atau disebut juga pemain skate dan skuter) dikasih lewat kalau mau menyeberang. Pengguna jalan langsung jalan pelan-pelan dan berhenti teratur. Tingkat kesadaran dan toleransi dalam berkendara lebih tinggi ya.”

Pendidikan sebelum Bangku Kuliah Lebih Lama

“Di sini sekolah tingkat atas (high school) hanya lima tahun. Setelah itu mereka wajib mengambil sistem college sebelum masuk universitas. Jadi semacam pematangan pendidikan gitu deh. Durasinya 1–3 tahun, tergantung jenis college yang diambil. Oleh karena itu, rata-rata usia mahasiswa barunya 20 tahun, sedikit lebih tua dari mahasiswa Indonesia, 18–19 tahun.

Tapi menurutku, hal ini membuat mahasiswanya lebih matang secara mental dan sudah punya modal lebih untuk melanjutkan pendidikan universitas.”

Kalau Makanan Sih Sama-sama Enak!

Makanan khas Malaysia

“Masakan di sini mostly dipengaruhi oleh tradisi Melayu, Tiongkok, dan India, the three major ethnic group. Tapi ada juga pengaruh Arab, Thailand, Belanda, Portugis, dan British. Ya gitu, campur jadi satu variasinya. Mulai dari makan ringan semacam kuih muih (jajanan pasar) sampai makanan berat seperti menu kondangan.

Teman-teman buleku suka sekali sama menu-menu mamak (sebutan kedai makanan semacam warteg). Sudah murah, porsinya banyak, dan bervariasi. Kadang miskomomunikasi karena nggak paham logatnya. Favoritku sih roti boom yang disajikan dengan kuah kari pedas gurih. Yum!”

Hari Raya Idul Fitri Sebulan Penuh

“Menurut UUD Malaysia, Etnis Melayu harus beragama Islam. Kalau nggak, nggak bias dipanggil atau mengklaim diri sebagai orang Melayu. Oleh karena itu, perayaan Idul Fitri kemarin bias sebulan penuh. Alhasil, sebulan itu aku bias ikut majlis raya (acara makan-makan) di berbagai tempat. Kegiatan halal bihalal jadi lebih banyak dan lebih panjang.

Meski begitu, masyarakat Malaysia tetap punya toleransi tinggi kepada pemeluk agama lain lho. Berbagai hari besar Islam seperti Maulid Nabi telah ditetapkan sebagai hari libur nasional. Begitu juga dengan Hari Natal, Tahun Baru Imlek, dan Deepavali.’

*****

IISMA Awardee Universiti Putra Malaysia
Hastin bersama mahasiswa dari program pertukaran lain di berbagai negara (Foto: Hastin for UPNVJT)

Hastin berharap, mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur yang akan mengikuti IISMA selanjutnya nggak berkecil hati untuk memilih negara-negara tetangga. Sebab, selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari dimanapun kita berada. Meski hanya ditempuh selama dua jam penerbangan, pengalaman belajar di Universiti Putra Malaysia terbukti bias mengantarkan Hastin ke sebuah adventure yang memorable layaknya IISMA Awardee lain yang belajar di benua lain.

Kamu ingin jadi IISMA Awardee selanjutnya? Jangan sampai ketinggalan informasinya di Instagram International Office UPNVJT ya!

Feedback

×

Atau mengajukan tiket :

Lapor