7 Mahasiswa akan Belajar di Luar Negeri dengan Skema ICT 2023

SURABAYA – Kesempatan untuk mengincipi pembelajaran di perguruan tinggi sangat terbuka lebar. Selain IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) juga memberi kesempatan melalui ICT (International Credit Transfer). Bedanya, ICT hanya bisa dilakukan dengan universitas mitra di luar negeri yang sudah dimiliki.

Tahun ini, UPN “Veteran” Jawa Timur memberangkatkan tujuh mahasiswa ke tiga universitas mitra. Mereka adalah Fahrul Razi, Alexandra Theresia Pureheart Saenggo, dan Ananda Faticha Putri dari S1 Akuntansi yang akan belajar di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Cawangan Kelantan, Malaysia. Ada juga Pristian Pratama Angelita dam Rizki Kartika Maharani dari S1 Hubungan Internasional yang akan belajar di Ateneo de Manila University, Filipina. Yang terakhir adalah Rania Ichdatunnisa dan Nandina Salsabila Putri Santana dari S1 Teknik Lingkungan yang akan belajar di Mahidol University, Kanchanaburi Campus, Thailand.

“ICT ini tidak hanya kesempatan yang bagus untuk mahasiswa, tapi juga untuk universitas. Dengan terjadinya student exchange, berarti implementasi kerja sama antara UPN Jatim dengan universitas mitra di luar negeri berjalan dengan baik,” tutur Xera Rahma, salah satu staff Kantor Internasional dan Sekretariat Eksekutif (KISE).

Menurut KISE, mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur yang mendaftar ICT tahun ini lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, pihak program studi pun diminta bantuan untuk menyeleksi mahasiswanya. Mulai dari score kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL atau IELTS), IPK, dan wawancara. “Karena kami ingin mengetahui visi dan misi mereka untuk studi ke luar negeri. Kami percaya teman-teman yang berangkat merupakan kandidat terbaik,” imbuh Xera.

Sesi briefing mahasiswa awardee ICT sebelum keberangkatan bersama KISE (Foto: Dok. KISE)

Untuk memperlancar pengalaman belajar mahasiswa di universitas mitra luar negeri, Kemdikbudristek memberikan sejumlah bantuan. Misalnya, biaya VISA dibebaskan, asuransi kesehatan selama studi ditanggung penuh, semua biaya pendidikan digratiskan (biaya registrasi, buku, akses jurnal, dll), dan pemberian biaya hidup selama satu semester.

Honestly, aku bener-bener seneng dan excited banget ya karena akhirnya setelah gagal tiga kali di IISMA, aku bisa mewujudkan impian untuk jadi awardee student exchange lewat ICT ini,” ungkap Rizki Kartika. Hal yang sama juga diungkapkan Fahrul Razi yang juga sudah beberapa kali mendaftar IISMA, “Tentu saya sangat senang dan bersyukur atas kesempatan ini. Jika dilihat lagi ke belakang, semua usaha dan susah payah saya untuk bisa study abroad akhirnya terbayarkan.”

Kesempatan belajar di luar negeri ini tidak akan disia-siakan oleh Rizki dan Fahrul. Mereka berdua ternyata sudah memiliki rencana tentang apa yang akan dilakukan selain belajar di kelas. Tujuannya, jelas untuk memaksimalkan experience selama mereka berada di sana.

“Bagi seseorang yang belum pernah belajar ke luar negeri, rasanya banyak banget yang pengen dilakukan. Tapi kali ini aku mau fokus ke beberapa hal aja sih. Salah satunya adalah ikut berbagai macam organisasi dan kegiatan biar aku bisa kenal sama banyak orang, nggak sebatas sama native students, tapi juga sama international students di sana,” jelas Rizki.

Mahasiswa angkatan 2020 itu juga ingin mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan jurusannya, yaitu Hubungan Internasional. “Misalnya, ikut MUN atau konferensi-konferensi di luar maupun dalam kampus. Jadi, aku bisa diskusi lebih banyak dan mendapat banyak insight baru dan menarik,” imbuhnya.

Dengan antusiasme mahasiswa awardee ICT tahun ini, KISE berharap akan lebih banyak kerja sama yang dijalin, baik di tahap program studi maupun universitas. Dengan begitu, akan semakin besar pula peluang mahasiswa untuk mengikuti pertukaran ke luar negeri.

Feedback

×

Atau mengajukan tiket :

Lapor